Senin, Februari 01, 2010

Impresi Tentang CorelDraw

Saya baru saja mengenal CorelDraw ketika materi tentangnya diterapkan di semester dua. Untuk pemula bagi saya, saya akui, belajar CorelDraw memang sulit dan membingungkan. Saya sudah terbiasa dengan fitur-fitur yang disediakan oleh Adobe Photoshop sehingga saya menjadi kaku dengan CorelDraw. Karena saya tidak terlalu tertarik dengan desain grafis, saya jadi tidak terlalu tertarik dengan CorelDraw, saya lebih menyukai Adobe Photoshop dimana saya bisa mengedit foto sesuka saya. 

Tapi, makin lama saya juga mengerti mengapa kita diharuskan menguasai CorelDraw. Di lapangan kerja nantinya, mungkin keahlian itu dapat diterapkan. 

Adobe Photoshop dan CorelDraw itu—berbeda. Adobe Photoshop jelasnya untuk mengedit foto dan dikhususkan bagi orang-orang yang bergelut di bidang fotografi dan semacamnya. CorelDraw dibuat untuk menghasilkan desain, seperti sampul buku, kartu nama, undangan, dan lainnya, dan dikhususkan bagi orang-orang yang bergelut di bidang desain (grafis diutamakan). Semua memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri. Fitur Adobe Photoshop terbilang cukup banyak, dan hasilnya pun terkesan halus. Sementara fitur CorelDraw lebih sedikit ketimbang Adobe Photoshop, dan hasil warnanya terlalu tajam sehingga terkesan kaku. Namun, banyaknya fitur Adobe Photoshop kadang membuat para penggunanya kebingungan. Jika ingin menghaluskan hasil scan dari majalah, diperlukan rentetan langkah yang panjang agar hasil menjadi halus. Sementara CorelDraw, karena sedikitnya fitur, membuatnya menjadi mudah dihafal, dan fitur-fitur CorelDraw lebih praktis dibanding Adobe Photoshop.

Bagi yang sudah terbiasa menyentuh fitur-fitur Adobe Photoshop, mungkin akan kesulitan menggunakan dan menghafal fitur-fitur di CorelDraw. Namun sedikit latihan bisa menutup semua kelemahan. Tapi, mungkin karena minimnya ketertarikan saya dengan dunia desain grafis, dan aplikasi CorelDraw yang tidak saya miliki di laptop ataupun komputer saya, membuat saya awam dengan CorelDraw.

0 traces: